KEPRIONLINE CO.ID, SOSOK – Pandemi Covid 19 bukan hanya memukul sektor perekonomian Negara Indonesia tetapi juga merubah sistem pembelajaran dunia pendidikan dengan menggunakan virtual atau daring.
Tentu pembelajaran daring ini akan menjadi gamang bagi sebagian guru dan orang tua murid serta siswa terkhusus guru, orang tua siswa dan siswa yang berada daerah pelosok, karena pada notabenya siswa yang berada di wilayah pelosok bukan hanya akses internet yang susah tetapi kebanyakan siswa tidak memiliki hand phone yang memiliki jaringan 3G dan 4G atau tidak bisa mengakses internet.Tentu hal ini bukan persoalan yang segampang membalikkan telapak tangan untuk menyelesaikannya.
Beberapa waktu yang lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud ) telah merilis input nomor ponsel siswa di data pokok pendidikan (Dapodik).
Berdasarkan data yang sudah direlease oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo di media JPNN group .
Data per 11 September menunjukkan, nomor ponsel yang sudah terdaftar sebanyak 21,7 juta dari 44 juta siswa dan 2,8 juta nomor dari 3,3 juta guru di Indonesia.
Adapun untuk mahasiswa, nomor ponsel yang telah tercatat sebanyak 2,7 juta nomor dari 8 juta mahasiswa, dan dosen 161 ribu dari 250 ribu dosen.
Data tersebut menunjukkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh ( PJJ ) yang berlangsung selama ini tidaklah didominasi oleh PJJ daring. Padahal untuk subsidi kuota internet ini, Kemendikbud mengalokasikan dana Rp 7,2 triliun.
Tidak sampai 50 persen siswa yang memiliki nomor ponsel untuk didaftarkan. Bahkan angka ini bisa saja berkurang setelah nomor ponsel siswa diverifikasi validasi nantinya.
Tentu jika mengacu dari data diatas masih ada 50 persen siswa yang tidak memiliki Hand phone atau tidak mengikuti pembelajaran secara daring. Artinya, jika pandemi Covid 19 belum usai maka ada sekitar 50 yang tidak fokus mengikuti pembelajaran dengan maksimal.
Selain persoalan siswa yang tidak memilki Hand phone, masih banyak guru yang saat ini masih belum paham tentang dunia teknologi, tetapi guru tidak tinggal diam, dan kebanyakan guru belajar mandiri untuk memahami sistem pembelajaran virtual menggunakan teknologi.
Ada dampak positif dan negatif bagi seluruh siswa saat diperlakukannya sistem mengajar lewat daring atau virtual. Dimana dampak positif meningkatkan kemandirian siswa dalam mencari informasi baru mengenai pembelajaran sehingga kedisiplinan siswa terbentuk sendiri secara otomatis, selain itu belajar daring ini mampu menumbuhkan rasa tanggu jawab yang tinggi pada siswa.
Sementara dampak negatif Membuat siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami materi, Banyaknya guru yang menggunakan metode penugasan kepada siswa, dan kurangnya interaksi antara sesama siswa dan begitu juga antara siswa dan guru. ( Penulis Kurriah,S.Pd.(SD Negeri 20 Mendo Barat Kabupaten Bangka Kepulauan Bangka Belitung ).