Keprionline.co.id, Jakarta – Pdt. Aleta Apriliana Ruimassa menyampaikan bahwa realitas kehidupan dewasa ini adalah lost generation. Hal ini adalah istilah yang menggambarkan keadaan dari generasi yang ada pada suatu masa dimana mereka merasa terasing, bingung, dan kehilangan arah hidup.
Hal itu marena banyak pemuda yang terlibat dalam narkoba, depresi, pembunuhan diri, kecanduan teknologi (AI, Medsos). Ada beberapa hal yang menjadi realitas pemuda Kristen saat ini yang semakin canggih, makin sepi.
Pertama, pemuda kehilangan arah dan tujuan hidup. Ketiga, pemuda jadi terasing dan terisolasi. Ketiga, pemuda berhadapan dengan isu kesehatan mental. Pemuda Kristen juga kehilangan spiritualitas, minimnya keterlibatan dalam pelayanan, ketergantungan pada dunia digital, apatis terhadap isu sosial dan iman yang dinarasikan, ujar Pdt Aleta Apriliana saat menjadi narasumber di Webinar DPP GAMKI beberapa waktu lalu.
Sementara anggota MPH PGI, Michael Andepa Pinem menyampaikan, beberapa hal terkait gereja dan pemuda Kristen masa kini. Hasil penelitian tahun 2012 oleh Barna Research di Amerika orang Kristen usia 18-29 tahun (59 persen) yang dulunya rutin ke gereja, berhenti ke gereja.
Sedangkan 91.8 persen remaja Kristen di Indonesia masih rutin ikut ibadah di gereja, baik ibadah umum maupun pemuda atau remaja (penelitian BRC 2018 di 42 Kota/Kab). Alasan dan motivasi keterlibatan pemuda dalam gereja (1) yang senang dengan kegiatan gereja 11 persen; (2) mengasihi Yesus 33.3 persen. Lalu (3) Makanan Rohani 19.4% (4) Kewajiban 29%.
Tetapi yang menjadi tantangannya adalah 1 dari 3 orang anak muda berpotensi tidak lagi rutin ke gereja, berarti bahwa alasan dan motivasi keterlibatan pemuda dalam gereja bisa berubah. Ada kegiatan diluar gereja yang lebih menarik dirasa oleh pemuda. Alasannya, karena kegiatan di luar gereja lebih menarik; Bad Leadership; Ibadah tidak sesuai; Kepura-puraan dan lainnya.
Jika gereja sudah tidak menarik bagi kaum muda, apakah harus dilakukan gereja? Masihkah gereja relevan bagi orang muda Kristen? Bagi kaum muda Kristen masa kini menuju Indonesia emas, datang ke gereja itu sudah tidak perlu lagi, tidak terlalu penting-penting amat. Karena mereka juga perlu menyuarakan Allah dari kehidupannya, tak perlu datang ke gereja, sehingga orang muda tidak melihat persekutuan sebagai tempat mereka.
Tantangan ini semakin mengemuka. Kehidupan modern pada era digitalisasi terus menawarkan berbagai godaan dan alternatif yang sering kali menjauhkan pemuda dari keterlibatan aktif di dalam gereja atau komunitas Kristen.
Jika tidak ditangani dengan serius, kehilangan generasi muda ini dapat berdampak pada masa depan gereja dan komunitas Kristen secara keseluruhan. Fenomena “lost generation” yang terus berlanjut, gereja bersiko kehilangan generasi pemimpin Kristen yang mampu melanjutkan misi pelayanan Kristiani.
Dengan berkurangnya keterlibatan pemuda, gereja mengalami stagnasi dalam inovasi dan pertumbuhan rohani, serta kemunduran spiritualitas komunitas Kristen. Mirisnya lagi, kerentanan pemuda Kristen terhadap krisis kehidupan, karena pemuda menjauh dari iman seringkali lebih rentan terhadap permasalahan seperti depresi, kehilangan arah hidup, dan juga pengambilan keputusan yang salah.
Di tengah hiruk-pikuk perkembangan zaman yang konstan berevolusi, fenomena kehilangan generasi muda (lost generation) menjadi tantangan serius bagi gereja masa kini. Banyak gereja menghadapi kesulitan dalam menarik dan mempertahankan pemuda sebagai bagian aktif dalam komunitas mereka.
Tantangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain perubahan gaya hidup: generasi muda hidup dalam dunia yang serba digital dan cepat berubah. Maka kehidupan gereja dianggap kaku atau kurang relevan kerap tidak menarik bagi mereka.
Minimnya pendampingan yang kontekstual: banyak pemuda yang merasa tidak terhubung dengan nilai atau metode pelayanan gereja dianggap kurang memahami dinamika kehidupan pemuda. Persaingan dengan dunia sekuler: budaya populer, hiburan, dan ideologi sekuler sering kali lebih menarik perhatian ketimbang nilai-nilai spiritual.
Pemuda Kristen masa kini menghadapi tantangan kompleks dan serius. Yakni berupa risiko kehilangan generasi muda akibat pengaruh sekularisme, individualisme, krisis identitas, dan tekanan dari budaya modern yang sering bertentangan dengan nilai-nilai kekristenan.
Risiko kehilangan generasi muda (lost generation) diperburuk oleh berbagai problematika dan tantangan seperti kurangnya pembinaan rohani yang relevan, lemahnya peran gereja dalam menjawab kebutuhan spiritual mereka, dan pengaruh negatif teknologi serta gaya hidup hedonis.
Oleh karena itu, diperlukan strategi holistik melalui pembinaan iman yang kontekstual, penguatan komunitas rohani, pendampingan yang intensif dari gereja dan keluarga, serta penanaman nilai-nilai kekristenan yang kokoh untuk memastikan pemuda tetap berakar pada iman dan menjadi generasi yang membawa dampak positif bagi gereja dan masyarakat serta dunia sekitar.
Kemajuan teknologi, individualisme, dan sekularisme telah mempengaruhi kehidupan spiritual pemuda Kristen. Fenomena “lost generation” menggambarkan sebuah situasi di mana generasi muda menjauh dari nilai-nilai kekristenan, baik itu dalam konteks bergereja maupun masyarakat.
Webinar ini bertujuan untuk membahas problematika dan tantangan yang dihadapi pemuda Kristen masa kini serta merumuskan solusi yang relevan untuk mendukung keberlangsungan generasi muda Kristen di tengah tantangan global.
Oleh karena itu, penting memahami akar permasalahan serta mencari solusi strategis menjadi tugas yang mendesak bagi gereja, pemimpin rohani, dan seluruh komunitas Kristen. Menciptakan program yang relevan, memperkuat pendampingan rohani, melibatkan pemuda dalam kepemimpinan gereja dan komunitas Kristen, serta menggunakan teknologi secara positif.
Dengan perhatian dan strategi yang tepat, gereja dan komunitas Kristen dapat mengatasi fenomena “lost generation” dan mengembalikan pemuda Kristen kepada peran dan panggilan iman mereka sebagai garam dan terang dunia untuk mampu menjadi agen perubahan yang memuliakan nama Tuhan di tengah dunia yang terus berubah.
Ketua DPD Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia ( GAMKI ), Sahat Martin Philipis mengakui, Bukan generasi yang hilang dari kehidupan kita, aktivitas kita di tengah bangsa, gereja dan masyarakat. Melalui diskusi ini, pemuda Kristen dari berbagai denominasi gereja, DPP, DPD, dan DPC GAMKI dapat merumuskan langkah-langkah konkrit untuk mengembangkan potensi generasi muda kita dan kompetensi dari para kader dan pemuda gereja,” ucapnya Sahat . ( Jantua ).