KEPRIONLINE.CO.ID.OPINI – Ketika proses pembelajaran tatap muka saja masih menghasilkan kwalitas pengembangan keterampilan dan penanaman nilai-nilai sikap dan karakter bahkan pengetahuan yang rendah, sekarang seluruh tenaga guru serta warga sekolah sekolah harus berjuang menggunakan IT, pembelajaran harus terus dilakukan dengan cara jarak jauh. Serta mengajarkan keterampilan yang sangat memerlukan real model serta menanamkan nilai-nilai sikap dan karekter yang sangat butuh figur yang dapat diindra langsung oleh siswa dalam kehidupan nyata.
Untuk melakukan pembelajaran jarak jauh pun seluruh siswa dan guru tetap saja akan sangat mempengaruhi kualitas pendidikan. Selama ini pembelajaran kita masih dianggap knowledge oriented, sebagian besarnya baru transfer pengetahuan saja yang tampak dan masih dinilai kurang pada proses pengembangan keterampilan dan nilai-nilai sikap/karakter.apalagi untuk siswa kita di Sekolah Dasar.
Peran serta guru harus membuka diri belajar menjadi seorang mentor dan berlapang dada. Karena faktanya era saat ini informasi pengetahuan sudah tergantikan oleh Maha Guru bernama Google. Anak SD pun sudah bisa membuat aplikasi seperti lulusan S1 Teknik Informatika. Jadi jangan berharap menjadi guru yang pintar melebihi google, namun sebaiknya kita geser peran guru sebagai mentor anak, pemberi semangat, tempat anak berdiskusi, membantu anak merefleksikan masalah yang dihadapi. Karena Hal-hal seperti ini yang tidak akan dapat tergantikan oleh Teknologi.
Peran serta guru dig ganti peran serta orang tua yang selalu setia m,embimbing di rumah membantu siswa memahami tranformasi ilmu yang di kirim lewat jaringan internet atau WA. orang tua harus bisa mengajar seperti guru, bahkan harus menguasai kurikulum. Namun orang tua harus belajar memerankan sebagai pelatih (coach) dimana dengan bermodal bertanya dan mendengarkan anak, bisa menumbuhkan keingintahuan anak serta bisa memicu critical thinking dan kreativitas anak. Lupakan peran orang tua sebagai wasit yang hanya memarahi, menghukum dan memberi label buruk pada anak. Itupun kalau orang tuanya sudah modern yang sudah pegang HP androit, dan punya pengalaman belajar karena di daerah pedesaan banyak orang tua yang kerjanya hanya di kebun saja.
Belum lagi banyak daerah-daerah pedesaan hanya sekitar 25% saja siswa dan para guru kita yang bisa mengadakan dan mengikuti pembelajaran jarak jauh, hal ini diakibatkan oleh banyak sekali faktor, mulai dari faktor keterjangkauan jaringan internet, kemampuan guru memanfaatkan teknologi IT, kesiapan orang tua siswa dalam menyediakan perangkat pembelajaran, kemampuan siswa dan masyarakat dalam menggunakan IT, faktor pembiayaan dan berbagai masalah lainnya.
Sementara membiarkan siswa di rumah sampai awal tahun 2021 tanpa kegiatan belajar dengan kondisi orang tua yang tidak bisa membimbing dan mengarahkan, hanya akan membuat anak kita mengalami penurunan motivasi dan semangat belajar serta semakin membuat mereka kecanduan oleh ganget, game online dan televisi. Sementara memilih membuka kegiatan persekolahan di tengah-tengah penyebaran wabah yang masih tinggi dan diperparah oleh sulitnya mendisiplinkan masyarakat juga sangat beresiko terjadinya penyebaran virus pada anak-anak. Mungkin iya sekolah siap dibuka dengan protaf corona yang ketat namun apakah masyarakat sesiap sekolah untuk taat ?
Pemerintah dan seluruh pihak harus bersegera benar-benar memikirkan tentang apa dan bagaimana proses pendidikan anak-anak kita ini akan dibangun dan dikontruksi di masa pandemi, jangan kalah oleh anggapan pentingnya ekonomi. Harus segera ada langkah tegas dan jelas agar tragedi virus corona tidak disusul oleh tragedi intelektual dan peradaban. ( PENULIS SUDIYARTI,S.Pd.SD – GURU SDN 001 KUNDUR UTARA )