KEPRIONLINE.CO.ID,OPINI – Seorang Pendidik seharusnya sosok yang harus dipanut yang digugu dan ditiru dari setiap prilakunya.. Digengaman tangannyalah generasi muda dititipkan untuk menimba Ilmu menjadi insan yang menjunjung tinggi moralitas dan martabat kemanusiaan. Jangan tanyakan bagaimana lelahnya mereka menoreh siswa SD yang baru kenal dengan tulis dan huruf tak sebanding dengan gaji yang diperoleh seorang guru karena apa yang telah mereka lakukan. Dedikasi dan jasa guru tak dapat ukur dan di balas dalam upaya mencerdaskan generasi muda, mereka akan selalu terukir sekalipun napas sudah berpisah dari raga.
Namun dewasa ini pandangan terhadap figur mulia guru mulai luntur. Apalagi di masa Pandemi Covid-19, karena sosok guru bukan lagi ada di muka kelas tapi ada di muka layar maya HP android. Hal ini harus dilakukan untuk kelangsungan pembelajaran agar para generasi kita tidak terpuruk karena kondisi Pandemi ini. Gurupun seolah berada dekat tapi jauhuntuk di jangkau. Sebelum masa Pandemi seorang guru dalam melakukan menjalankan tugasnyapun sering dibayangi berbagai ancaman mulai dari yang ringan sampai dengan jeruji besi, tapi tetap mereka lalui dengan senyuman.
Kondisi sekarang sangat berbeda dengan masa lalu. Sekarang guru hanya ada di dunia maya, selanjutnya orang tualah yang berperan mengajar dan mendidik generasi muda di rumahnya, Orang tua di paksa harus dapat membimbing serta mengajari generasinya untuk dapat menyelesaikan pembelajaran yang sudah di transfer guru melalui group WA ataupun menyelesaikan tugas yang di kirim guru. Disini bukan lagi guru yang harus sabar menghadapi siswa tapi orangtua di ajarkan bagaimana sabarnya seorang guru menghadapi generasinya tak seimbang dengan apa yang telah mereka hargai selama ini untuk seorang yang bernama guru. Di masa lalu, tindakan guru menegur murid merupakan bagian dari bentuk perhatian guru. Tak heran, guru zaman dulu sangat berwibawa di mata siswa dan masyarakat. Bayangkan, jika guru sudah menatap siswa dengan tatapan diam, maka siswa pun akan dengan segera menyadari kesalahannya. Sekarang orang tua merasakan apa yang dulu guru rasakan mendidik dan mentransfer ilmu sangat lah sulit tanpa di bekali dengan Ilmu mendidik.Tak ada yang melapor atau menuduh guru telah melakukan pelanggaran HAM.
Guru di Zaman sekarang dianggap sebagai “mesin” akademik saja, bukan sebagai sosok yang harus diteladani, disayangi, dan dihormati di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Tidak mengherankan, banyak kasus perlakuan murid yang tak layak kepada guru telah membawa akibat runtuhnya moralitas kaum muda.
Kita patut belajar memuliakan seorang guru dari negeri Jepang. Ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945, Kaisar Hirohito memerintahkan Menteri Pendidikan menghitung jumlah guru yang masih hidup. Para guru dikumpulkan dan diberikan tugas berat untuk membangun Jepang menjadi bangsa yang unggul.
Memuliaan seorang guru adalah langkah nyata yang harus dilakukan semua anggota masyarakat. Tak hanya tanggung jawab lingkungan sekolah atau pemerintah. Bersama anggota masyarakat mari kita tanamkan nilai agama dan etika, lingkungan, dan media massa pun harus menyaring dalam memberikan tontonan serta informasi. Karena secara langsung maupun tidak langsung hal-hal tersebut membentuk watak seorang siswa yang sedang proses pencarian jati diri. Selain itu, mari kita bangun komunikasi yang baik antara siswa dan guru, guru dan orang tua. Jangan sampai dunia pendidikan Indonesia tercoreng dengan ungkapan “guru sibuk mengajar, sedangkan siswa asyik menghajar.( PENULIS JANITA,S.Pd.SD. GURU SD NEGERI 004 MORO,KABUPATEN KARIMUN,PROVINSI KEPULAUAN RIAU ) .